Kolontong adalah makanan khas Sunda yang berasal dari wilayah provinsi Jawa Barat. Makanan ini terbuat dari adonan tepung ketan. Selain Rasanya yang Manis dan Renyah, Kolontong dapat dijadikan sebagai kudapan atau teman untuk minum kopi.
Potensi UMKM Desa | Sentra Opak dan Kolontong Desa Bojongkunci
Sentra Industri Rumahan Desa Bojongkunci dalam pengolahan dan penjualan cemilan tradisional berbahan dasar ketan ||
Indonesia terkenal kaya dengan berbagai jenis pangan tradisional. Disetiap daerah sering ditemui sentra-sentra industri rumahan atau UMKM yang bergerak dalam pengolahan dan penjualan makan tradisional yang memiliki cita rasa yang khas dan unik di tiap daerahnya.
Salah satu sentra industri rumahan makanan tradisional sunda adalah di Desa Bojongkunci, Kecamatan Pameungpeuk Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat. Di desa ini ada sekitar 20 pengrajin yang bergelut dalam pengolahan dan penjualan makanan tradisional yang berbahan dasar beras ketan tersebut. Mulai dari opak, kolontong, ranginang, dll.
Aneka pangan tradisional, termasuk opak dan kolontong adalah warisan pangan tradisional yang harus terus dipertahankan, dan jangan sampai tergerus oleh jaman, selain rasanya yang unik dan mantap, opak dan kolontong serta berbagai makanan/cemilan olahan ketan, terbukti menjadi penghasilan bagi masyarakat di desa bojongkunci. Dari Olahan Ketan Menjadi Cuan.
Kita berharap makanan tradisional opak dan kolontong akan selalu banyak peminak, dan tidak hanya pada waktu-waktu hari besar, seperti lebaran saja, tetapi akan menjadi cemilan sehari-hari teman minum kopi, teh, sambil bersanati menonton tv.
***
Beras ketan (Oryza sativa var. glutinosa) atau pulut adalah sebuah jenis beras yang utamanya tumbuh di Asia Tenggara dan Asia bagian timur.
Opak (aksara Sunda: ᮇᮕᮊ᮪) adalah kudapan khas Sunda yang kering renyah sejenis dengan kerupuk. Opak berbeda bahan dasarnya dari kerupuk. Kerupuk terbuat dari tepung tapioka, sedangkan opak terbuat dari tepung beras/ketan yang diberi bumbu garam, gula,kelapa parut dan bumbu penyedap.
Posting Komentar